Artikel


Pentingnya Matematika dalam Kurikulum 2013


 

Drs. Firmansyah, M.T.
(Guru Matematika – Wks Bid. Kurikulum SMAN 1 Subang)

 

Salah satu yang menjadi tantangan eksternal dari rasional pengembangan kurikulum 2013 adalah hasil studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA tahun 2009 yang menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara jauh dibawah Singapura dan Thailand, sementara itu hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian  alat,  prosedur dan  pemecahan masalah dan  (4) melakukan investigasi terhadap suatu masalah. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International  tersebut  sejak  tahun  1999  juga  menunjukkan  bahwa  capaian  anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yaitu kemampuan berpikir logis, analitis dan pemecahan masalah, melakukan investigasi secara kritis, teliti, dan jujur sehingga diharapkan peserta didik dapat mengaplikasikan prosedur pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan masalah yang kelak akan dihadapi baik dalam dunia kerjanya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan esensial inilah yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.

Terkait   dengan   pembelajaran   matematika,   perubahan   orientasai   dan   pengembangan kurikulum tersebut dimulai dengan perubahan struktur kurikulum. Kurikulum 2013 SMA menempatkan matematika sebagai mata pelajaran (mapel) dengan porsi jam terbanyak dibandingkan kurikulum sebelumnya yang pernah ada di Indonesia. Matematika ada dalam kelompok  mapel  wajib,  peminatan,  maupun  pilihan.  Matematika  wajib  diberikan  untuk semua kelompok peminatan (MIPA, IPA, Bahasa), matematika peminatan hanya wajib bagi kelompok peminatan MIPA, sementara matematika sebagai mapel pilihan, merupakan mapel lintas minat (bagi kelompok peminatan IPS dan Bahasa) dan mapel pendalaman (bagi kelompok peminatan IPA di kelas XII).

Alokasi jumlah jam per minggu mapel matematika untuk setiap tingkatan dan kelompok peminatan dalam struktur kurikulum 2013 SMA adalah sebagai berikut:


 

 

Kls

 

Peminatan

Wajib

(jam/mg)

Peminatan

(jam/mg)

Pilihan: LintasMinat

(jam/mg)

Pilihan: Pendalaman

(jam/mg)

Maksimum

JmlJam/mg

X

MIPA

4

3

-

-

7

IPS

4

-

3

-

7

Bahasa

4

-

3

-

7

XI

MIPA

4

4

-

-

8

IPS

4

-

4

-

8

Bahasa

4

-

4

-

8

XII

MIPA

4

4

-

4

12

IPS

4

-

4

-

8

Bahasa

4

-

4

-

8

 

Perubahan struktur kurikulum tersebut tentunya harus diikuti dengan perubahan paradigma dan orientasi pembelajaran yang ditunjukkan dengan perubahan pada tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan proses penilaian.
 
Mencermati tabel diatas, para pengembang kurikulum 2013 seolah memberikan isyarat dan penegasan betapa pentingnya matematika dalam kurikulum sekolah, hal ini menimbulkan pertanyaan, analisa, bahkan pro dan kontra dikalangan praktisi pendidikan khususnya guru.

Melalui tulisan ini, penulis ingin memberikan urun rembug, sharing pendapat dan menyampaikan beberapa pemikiran para pakar dan praktisi sebagai argumen terkait permasalahan diatas.

1. Peran Matematika

Peserta didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, matematika berperan membantu dan memberikan dasar bagi peserta didik untuk memahami mata pelajaran lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya (Mathematics is the Queen of Sciences), dan agar para peserta didik dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif. Oleh sebab itu, matematika sangat berarti baik bagi peserta didik yang melanjutkan studi maupun yang tidak.

Bagi mereka yang tidak melanjutkan studi, matematika dapat digunakan dalam berdagang dan berbelanja, dapat berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan persentase,   dapat   membuat   catatan-catatan   dengan   angka,   dan   lain-lain.   Kalau diperhatikan pada berbagai media massa, seringkali informasi disajikan dalam bentuk persen, tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan demikian, agar orang dapat memperoleh informasi yang benar dari apa yang dibacanya itu, mereka harus memiliki pengetahuan mengenai persen, cara membaca tabel, dan juga diagram. Dalam hal inilah matematika memberikan peran pentingnya.

Seiring dengan kemajuan jaman,  tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang melek teknologi. Untuk keperluan ini tentunya mereka perlu belajar matematika sekolah terlebih dahulu karena matematika memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan teknologi itu sendiri. Tanpa bantuan matematika tidak mungkin terjadi perkembangan teknologi seperti sekarang ini.

Namun demikian, matematika dipelajari bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi juga untuk perkembangan matematika itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di sekolah maka sangat mungkin matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan karakteristiknya yang bersifat hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus mempelajari matematika level sebelumnya. Seseorang yang ingin menjadi akademisi dalam bidang matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling dasar.

Jelas  bahwa  matematika  sekolah  mempunyai  peranan  yang  sangat  penting  baik  bagi peserta didik supaya punya bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, bagi warga negara pada umumnya supaya dapat hidup layak dan dapat berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang, dan untuk matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.

2. Fungsi Matematika

Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana peserta didik dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan peserta didik akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi  matematika  bukanlah  tujuan  akhir  dari  pembelajaran  matematika,  akan  tetapi
 
penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi yang lebih luas. Fungsi lain mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.

Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan kita sebagai guru matematika atau pengelola pendidikan dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain atau denagn kehidupan sehari-hari. Sebagai tindak lanjutnya  sangat  diharapkan  agar  peserta  didik  diberikan  penjelasan  untuk  melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik tersebut.

Peserta didik diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal- soal uraian matematika lainnya. Bila seorang peserta didik dapat melakukan perhitungan, tetapi tidak tahu alasannya, maka tentunya ada yang salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum dipahami. Belajar matematika juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu.

Dalam pembelajaran matematika, para peserta didik dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari   sekumpulan   objek   (abstraksi).   Dengan   pengamatan   terhadap   contoh-contoh diharapkan peserta didik mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, peserta didik dilatih untuk membuat perkiraan atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh- contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif yang disesuaikan dengan perkembangan kemampuan peserta didik.

Fungsi matematika yang ketiga adalah sebagai ilmu pengetahuan, oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Sebagai guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima, bila ditemukan penemuan-penemuan lain sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi:
a.   Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian peserta didik
b.  Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:
a.   Melatih  cara  berpikir  dan  bernalar  dalam  menarik  kesimpulan,  misalnya  melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
 
b.  Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c.   Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan tersebut.

Itulah beberapa alasan kuat kenapa kurikulum 2013 SMA menempatkan matematika sebagai mata pelajaran dengan porsi jam terbanyak yaitu untuk mengembangkan kemampuan- kemampuan matematis peserta didik bukan hanya untuk menyelesaikan permasalahan didalam   matematika   saja,   tetapi   peserta   didik   dilatih   bagaimana   mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menyelesaikan masalah terkait dengan mata pelajaran lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kedepannya ketika peserta didik sudah terjun dalam masyarakat mereka dapat menggunakan nalarnya untuk menyelesaikan masalah- masalah nyata yang lebih kompleks di dunia kerjanya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengembangkan proses berpikitr matematis peserta didik sehingga peserta didik memahami matematika secara hakekatnya. Kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran matematika diarahkan pada pembelajaran menemukan konsep-konsep matematika (discovery/inquiry learning), belajar dari permasalahan real (problem/project based learning) sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dimana peserta didik mendapatkan pengalaman belajar melalui proses
6M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi atau Mencoba, Menalar atau Menyimpulkan, Mengkomunikasikan atau  Membuat jejaring, dan Mencipta atau  Membuat karya kreatif. Terkait evaluasi hasil pembelajaran, kurikulum 2013 menghendaki evaluasi secara holistik mencakup aspek sikap (baik sikap personal, sosial, maupun spiritual/ religius), pengetahuan, dan  keterampilan.  Penilaian  dilakukan  bukan  hanya  dengan  metoda  tes  (ulangan/ujian tertulis) tetapi juga menggunakan metode non tes (portofolio) dimana penilaian dilakukan terhadap  proses  yang  mencakup  ranah  sikap,  unjuk  kerja/performance, dan  hasil  karya) menggunakan autentic assesment.

Melalui proses pembelajaran dan proses penilaian seperti tersebut di atas, dimana penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan secara terintegrasi, diharapkan pembelajaran matematika dapat menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif sesuai dengan tema pengembangan kurikulum 2013.

Peran penting matematika diakui Cockcroft (Shadiq, 2007) yang menulis: “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika, kemajuan teknologi pada saat ini tidak lepas dari andilnya matematika.(Subang, 16/8/2013).


Pengirim :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :

Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas

Komentar :

http://slkjfdf.net/ - Uisoyu <a href="http://slkjfdf.net/">Ezikaw</a> luo.azin.sman1subang.sch.id.ehb.jm http://slkjfdf.net/

http://slkjfdf.net/ - Upopamoq <a href="http://slkjfdf.net/">Iwepasi</a> xxa.dslo.sman1subang.sch.id.njz.zu http://slkjfdf.net/

http://slkjfdf.net/ - Qawovar <a href="http://slkjfdf.net/">Ojegun</a> bmw.tqdf.sman1subang.sch.id.mrj.nu http://slkjfdf.net/


   Kembali ke Atas